Total Tayangan Halaman

radio Blog play or fause

Senin, 14 Maret 2011

ZIKIR DAN ANEKA MANFAATNYA

Zikir Sebagai Sarana Menggapai Peradaban

Kata zikir dalam berbagai bentuknya ditemukan dalam Al-Qur’an tidak kurang dari 280 kali.
Sebagian pakar berpendapat bahwa kata itu pada mulanya berarti mengucapkan dengan lidah atau menyebut sesuatu.
Makna ini kemudian berkembang menjadi “mengingat”, karena mengingat sesuatu seringkali mengantar lidah menyebutnya. Demikian juga, menyebut dengan lidah dapat mengantar hati untuk mengingat lebih banyak lagi apa yang disebut-sebut itu (Shihab: 9)
Mengingat adalah salah satu nikmat yang sangat besar yang semestinya disyukuri dengan cara mengarahkan ingatan kepada hal-hal yang diperintahkan Allah  untuk diingat. Kata zikir, secara umum dapat juga dikatakan bahwa kata itu digunakan dalam arti memelihara sesuatu, karena tidak melupakan sesuatu berarti memeliharanya atau terpelihara dalam benaknya. Dengan berzikir, sesuatu itu direnungkan dan dimantapkan pemeliharaannya. Renungan itu bisa dilanjutkan dengan mengucapkannya lewat lidah dan dapat juga berhenti pada merenungkannya tanpa keterlibatan lidah. Karena itu pula ketika Rasul saw dan orang-orang yang dekat dengan Allah  swt diperintahkan untuk berzikir, mengingat Allah  atau asma-Nya, maka itu tidak berarti bahwa mereka tidak berzikir sebelum perintah itu datang apalagi melupakan-Nya. Karena itu, tidaklah keliru orang yang berkata bahwa zikir adalah kondisi kejiwaan yang menjadikan seseorang memelihara sesuatu yang telah diperoleh sebelumnya.
Para ulama yang berkecimpung dalam bidang olah jiwa mengingatkan bahwa zikir kepada Allah , secara garis besar dapat dipahami dalam pengertian yang sempit dan dapat juga dalam pengertian yang luas. Yang dalam pengertian sempit adalah yang dilakukan dengan lidah saja. Bisa juga pengucapan lidah disertai dengan kehadiran kalbu, yakni membaca kalimat-kalimat tersebut disertai dengan kesadaran hati tentang kebesaran Allah  yang dilukiskan oleh kandungan makna kata yang disebut-sebut itu. Kehadiran dalam kalbu dapat terjadi dengan upaya pemaksaan diri untuk menghadirkannya dan dapat juga tanpa pemaksaan diri. Sedangkan peringkat zikir yang tertinggi adalah larutnya dalam benak si pezikir sesuatu yang diingat itu, sehingga ia terus-menerus hadir walau seandainya ia hendak dilupakan.
Zikir dalam pengertian yang luas adalah kesadaran tentang kehadiran Allah  dimana dan kapan saja, serta kesadaran akan kebersamaan-Nya dengan makhluk; kebersamaan dalam arti pengetahuan-Nya terhadap apapun dialam raya ini serta bantuan dan pembelaan-Nya terhadap hamba-hamba-Nya yang taat. Zikir dalam peringkat inilah yang menjadi pendorong utama melaksanakan tuntunan-Nya dan menjauhi larangan-Nya, bahkan hidup bersama-Nya. Hal demikian, tertera jelas dalam Sirah Muhammad bin Abdullah saw. Beliau adalah sebaik-baik orang yang membuat ketetapan dalam dirinya dan pada orang-orang disekitarnya, yakni kehidupan manusia yang sempurna: ‘Manusia Rabbani adalah manusia yang dibebani tampuk kekhalifahan, di kerajaan Allah , agar ia dapat memindahkan kepadanya beberapa bagian dari hakikat kekhalifahan yang besar ini (Al-Ghazali : 25).
Manusia rabbani adalah manusia yang benar-benar memahami makna ayat iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in, yakni beribadah kepada Allah  swt dan memohon pertolongan kepada Allah  dengan cara memanfaatkan ciptaan-Nya untuk kesuksesan hidup dan pengaturan dunia sesuai manhaj-Nya. Manusia yang bertekad menjadi penanggung jawab bumi harus menyadari bahwa urusan di muka bumi tidak dapat ditangani dengan sikap keberagaman saja, melainkan harus disertai dengan ilmu dan teknologi sebagaimana dipahami dari ayat yang artinya, ‘Dia mengajarkan Adam nama-nama (benda) seluruhnya.’ (Khalid : 18).
Manusia rabbani adalah manusia yang senantiasa berzikir dengan pengertiannya yang luas yang menjadikannya berada dibumi dengan berbagai manfaat yang ditimbulkan dari keilmuan dan amal shalihnya dan berada diufuk tertinggi karena dia berkhidmat kepada huruf jar, yakni ba (dengan nama Allah  dia memulai aktivitas), fa (dijalan Allah  dia beraktivitas), ila (kepada Allah  aktivitasnya ditujukan) dan ‘ala (atas Allah  aktivitasnya diserahkan atau tawakkal). Maka tidaklah mengherankan al-Qur’an menamai oarang-orang yang berpengetahuan sebagai ahl adz-dzikir, dan memerintahkan kepada siapa yang tidak mengetahui agar bertanya kepada mereka (ahl adz-dzikir), sebagaimana firman-Nya yang berarti,
“ Maka tanyakanlah kepada ahl adz-dzikir (yakni orang-orang yang berpengetahuan) jika kamu tidak mengetahui”. (QS. An-Nahl : 43). Ini berarti belajar atau memperdalam pengetahuan adalah bagian dari zikir, selama ia dilakukan dengan motivasi melaksanakan tuntunan Allah  swt.
Ketika menafsirkan ayat pertama surah al-An’am, Quraish Shihab mengungkapkan bahwa kata ja’ala/ menjadikan, biasanya mengandung penekanan tentang manfaat sesuatu-baik makhluk maupun ketetapan-yang dijadikan Allah  dari sesuatu ke sesuatu yang lain. Al-Qur’an memang berkali-kali menegaskan, bahwa Allah  menjadikan segala sesuatu dialam raya ini untuk kepentingan dan kemaslahatan umat manusia. Ayat ini juga mendahulukan aneka gelap atas kata terang, bukan saja gelap lebih dahulu wujud dari terang, tetapi nampaknya untuk mengisyaratkan bahwa manusia hendaknya selalu menuju ke arah yang positif atau terang.
Penafsiran ini semakin menguatkan akan pentingnya ilmu karena menjadikan pemiliknya dapat memanfaatkan aneka karunia yang dijadikan Allah  swt untuk manusia dan menuntut dan menuntun pemiliknya untuk terus menerus memperbaiki kualitas diri guna meraih hal-hal yang positif atau terang. Perlu diingat bahwa sumber terang yang hakiki hanya dari Yang Maha Esa, “ Dan barangsiapa yang tiada diberi oleh Allah cahaya, maka tidaklah ada baginya sedikit cahayapun”. (QS. An-Nur : 40).
Kata menuntut diatas dipahami dari al-Qur’an berkenaan dengan penggunaan kata qala atau qalu, yang secara harfiah bermakna berkata, padahal yang dimaksudnya adalah percaya atau yakin, yakni sikap batin atau sikap lahir yang sesuai kandungannya dengan apa yang dikatakan. Penggunaan kata qala atau qalu dalam arti sikap batin ini menunjukkan bahwa seharusnya ucapan dengan lidah, mencerminkan sikap batin dan dibuktikan dengan aktivitas lahir.
Dengan demikian secara spesifik al-Qur’an mengalamatkan dirinya kepada ahl adz-dzikir (orang-orang yang berpikir dan merenung) dan sebagai akibatnya memerintahkan mereka (atau manusia secara keseluruhan) untuk berzikir atau memperdalam dan mengembangkan dasar intelektual atas keimanan manusia dan tidak membiarkan apapun bergantung pada ketaatan tanpa pikiran (Eaton : 23).
Maka dari itu, mejelis zikir bukanlah sekedar majelis yang anggota-anggotanya hanya ber-tasbih, ber-tahmid, beristighfar, dan semacamnya. Tetapi ia adalah majelis ilmu yang mengingatkan manusia akan dirinya sebagai makhluk Allah  yang lemah serta menyadari kebesaran dan keagungan Allah  swt. Ilmu disini amat ditekankan karena kesadaran tidak akan lahir tanpa pengetahuan, yakni pengetahuan tentang diri sendiri, pengetahuan tentang makhluk-makhluk ciptaan Allah , dan pengetahuan tentang asma Allah  dan sifat-sifat-Nya sebatas kemampuan manusia.
Dengan demikian perintah berzikir (yang sebagiannya dalam artian membaca atau belajar) dituntut sejak awal diturunkannya al-Qur’an yakni ayat iqra bismirabbika. Syeikh Abdul Halim Mahmud, memahami ayat iqra bismirabbika sambil mengaitkannya dengan ayat yang artinya, “ Dan janganlah kamu memakan dari apa yang tidak disebut nama Allah  atasnya sesungguhnya ia sungguh adalah suatu kefasikan”.
Menurutnya, Allah  swt tidak memaksudkan dari perintah iqra sekedar perintah membaca saja, tetapi membaca adalah lambang dari segala kegiatan manusia yang bersifat aktif dan apa yang ditinggalkan dari segi pasaif. Kalimat itu bermaksud mengatakan dari sisi kandungan pesan dan jiwanya bahwa: Bacalah demi nama Tuhanmu, bergeraklah demi nama Tuhanmu, berbicaralah demi nama Tuhanmu, bekerjalah demi nama Tuhanmu. Adapun jika engkau enggan melakukan gerak atau aktivitas, maka hendaknya demi karena Tuhanmu, dan dengan demikian pada akhirnya makna ayat itu adalah jadikanlah hidupmu secara keseluruhan, eksistensimu semuanya, baik sebab maupun tujuannya adalah untuk Allah  yang Maha Suci lagi Maha Tinggi.
Adapun dari sisi pasifnya dipahami dari ayat, “ Dan janganlah kamu memakan dari apa yang tidak dsebut nama Allah  atasnya, sesungguhnya ia sungguh adalah suatu kefasikan”. Apa yang disembelih diatas berhala atau atas namanya, bukanlah sesuatu yang ditujukan untuk wajah Ilahi. Dengan demikian dia juga kefasikan, karena ketika itu tidak disebut nama Allah, maka itu berarti apa yang tidak disebut nama Allah  atasnya harus dihindari. Melakukannya ketika itu adalah kefasikan yang berbeda-beda tingkatannya dalam kekejian-tinggi atau rendah, sedikit atau banyak (Shihab: 266).
Dengan berzikir (dengan lidah, hati dan pikiran serta anggota badan). Lidah menyucikan dan memuji Allah , pikiran dan hati dengan memperhatikan tanda-tanda kebesaran Allah , dan anggota badan dengan jalan melaksanakan perintah-Nya niscaya manusia akan tenang dan tenteram. Allah  swt menegaskan :
Maksudnya : (orang-orang yang mendapat petunjuk Ilahi dan kembali menerima tuntunan-Nya dan yang selalu akan berbahagia adalah) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram (setelah sebelumnya bimbang dan ragu. Ketenteraman yang bersemi di dada mereka itu) disebabkan karena dzikrullah (yakni mengingat Allah  atau ayat-ayat Allah , yakni al-Qur’an dan alam semesta) sungguh! (yakni camkanlah bahwa) hanya dengan mengingat Allah , hati menjadi tenteram. (QS. Ar-Ra’d: 28).
Dalam bukunya yang berjudul Wawasan al-Qur’an tentang Zikir dan Doa , Quraish Shihab mengatakan bahwa kata tathma’innu/ menjadi tenteram adalah penjelasan tenang kata beriman. Iman tentu saja bukan sekedar pengetahuan tentang objek iman, karena pengetahuan tentang sesuatu belum dapat mengantar kepada keyakinan dan ketenteraman hati.
Ada sejenis pengetahuan yang dapat melahirkan iman, yaitu pengetahuan yang disertai kesadaran akan kebesaran Allah  serta kelemahan dan kebutuhan makhluk kepada-Nya. Ketika pengetahuan dan kesadaran ini bergabung dalam jiwa seseorang, maka ketika itu lahir ketenangan dan ketenteraman. Ketika seseorang memahami bahwa Allah  adalah penguasa tunggal dan pengatur alam raya dan dalam genggaman tangan-Nya segala sesuatu, maka menyebut-nyebut nama-Nya, mengingat kekuasaan-Nya, serta sifat-sifat-Nya yang agung, pasti akan melahirkan ketenangan dan ketenteraman dalam jiwanya.
Imam Ghazali menulis : “ Manusia, hamba Allah , harus dapat mengambil dari lafadz ‘Allah ’ kesadaran tentang Ta’alullah, yakni kekuasaan-Nya yang mutlak dalam kepemilikan dan pengaturan seluruh makhluk. Seluruh jiwa dan kehendaknya, harus dia kaitkan dengan Allah , dia tidak memandang kecuali kepada-Nya, tidak menoleh kepada selain-Nya, tidak mengharap dan tidak pula takut kecuali kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah wujud hakiki dan haqq, sedang selain Dia, akan lenyap binasa. Dengan demikian, dia akan memandang bahwa dirinya akan pertama binasa dan tiada yang kekal abadi kecuali Allah  swt”.
Lafal Allah  adalah nama yang tertentu bagi sesembahan yang haqq, dan tidak diberikan kepada yang lain. Ia merupakan kata jadian yang berasal dari kata ilahah, atau uluhah atau uluhiyah, yang semuanya berarti “ibadah”. Hanya disini kata itu diartikan sebagai ma’bud (yang disembah).
Allah  adalah nama yang diberikan kepada Dzat yang maujud dan haqq yang mengumpulkan segala sifat ketuhanan, yang disifati dengan segala sifat rububiyah, yang munfarid dengan wujud hakiki, sebab semua selain yang wujud selain Dia tidak berhak untuk menjadi ada dengan sendirinya, melainkan keberadaannya bergantung kepada-Nya (Samiy: 36).
Oleh karena Allah  menitahkan manusia untuk berzikir-menggapai ketenangan (lewat ilmu pengetahuan dan peradaban), maka Allah  menyediakan sarana dalam upaya mendapatkan pengetahuan dengan kadar tertentu. Dengan sarana ini, manusia dapat menyingkap beberapa fenomena alam semesta dan sebagian hukumnya. Hal itu sesuai dengan kebutuhan manusia dalam memikul beban kekhalifahan dimuka bumi dan menumbuhkembangkan kehidupan. Penemuan ilmu pengetahuan barangkali dapat menggiring untuk mengetahui beberapa fenomena alam semesta yang berkaitan dengan hakikat kesatuan makro. Kesatuan inilah yang menyentuh perasaan para Rasul dalam konteks yang luas, menyeluruh dan langsung (Quthb: 16-17).
Sarana untuk mendapatkan ilmu pengetahuan itu adalah pendengaran, penglihatan dan fu’ad (akal dan hati) yang mengantarkan untuk bersyukur yakni memanfaatkannya sesuai tujuan penciptaannya. Bersyukur akan lahir dengan berzikir (merenungkan dan memperluas dan memperdalam pemahaman), sebagai contoh penglihatan manusia merupakan isomerisasi cis-trans. Molekul-molekul dalam retina yang merespons cahaya adalah rodopsin, yang mempunyai dua komponen yang disebut 11-cis retinal dan opsin. Retinal adalah komponen peka cahaya dan opsin adalah suatu molekul protein. Ketika menerima foton dalam daerah sinar tampak, 11-cis retinal terisomerisasi menjadi retinal-trans dengan memutus ikatan pi, ikatan sigma karbon-karbon yang tersisa bebas berotasi dan mengubah bentuk ke retinal-trans. Pada titik ini suatu rangsangan listrik dihasilkan dan dikirimkan ke otak yang membentuk bayangan gambar. Retinal-trans tidak sesuai dengan bagian ikatan pada opsin dan akhirnya terpisah dari protein itu. Dengan berjalannya waktu, isomer trans berubah kembali menjadi 11-cis retinal oleh suatu enzim (tanpa adanya cahaya) dan rodopsin terbentuk kembali dengan terikatnya kembali isomer cis pada opsin dan siklus penglihatan dimulai lagi. Tanpa adanya cahaya, perubahan ini (isomerisasi cis-trans) hanya terjadi satu kali dalam 1000 tahun! (Chang : 240).
Dalam ilmu kimia, otak manusia antara lain mengandung gangliosida, menyusun kira-kira enam persen lipida membran pada bagian yang berwarna abu-abu dari otak. Senyawa ini adalah komponen penting dari sisi reseptor spesifik pada permukaan membran sel. Sebagai contoh, senyawa ini ditemukan pada sisi spesifik ujung syaraf tempat terikatnya molekul neurotransmitter selama transmisi suatu impuls dari satu sel syaraf ke sel yang berdekatan sehingga terbentuk sinapsis. Seandainya manusia bermaksud mencatat segala sesuatu yang dilakukannya selama dua puluh empat jam, maka dia membutuhkan waktu ratusan tahun (Lehninger: 254).
Sebagian ilmuan menyatakan bahwa otak manusia normal dapat menyimpan sepuluh billion satuan informasi. Otak manusia tersusun dari sekitar 10 sampai 1000 miliar neuron atau sel saraf. Masing-masing sel mampu mengembangkan ribuan sinapsis, yaitu koneksitas dengan sel-sel lain didalam otak.
Dalam risetnya, Matti Bergstrom menemukan bahwa otak dapat digambarkan sebagai sebuah sistem bipolar (dua kutub). Batang otak (brainstem atau bagian otak manusia paling bawah terletak dibawah otak besar dan otak kecil yang menghubungkan syaraf tulang belakang dengan bagian otak depan) adalah bagian otak yang paling tua. Dengan impuls-impulsnya, batang otak mengatur tingkat kesadaran kita, batang otak adalah salah satu dari dua kutub yang ada. Kutub satunya lagi adalah korteks, lipatan lapisan sel saraf setebal kurang lebih 3 mm yang menutupi dua belahan otak. Korteks dibagi kedalam empat gumpalan (lobe), meliputi fungsi-fungsi termasuk merencanakan, menerima informasi inderawi dari tubuh, menyesuaikan sikap, membuat keputusan, memori dan persepsi.
Dua kutub ini menghasilkan impuls-impuls yang mempengaruhi fungsi-fungsi otak dalam dua cara. Batang otak menghasilkan aliran sinyal yang acak-tidak teratur, kacau. Matti Bergstrom menamakan bagian ini sebagai “pembangkit peluang”. Korteks adalah “pembangkit pengetahuan”, menghasilkan informasi yang teratur. (Svantesson : 31).
Dengan menyadari dua fakta diatas, manusia akan berusaha untuk berzikir, menyebut dan mengagungkan Allah, bahkan  melebihi penyebutan atas leluhur mereka. Allah  berfirman :
 
Maksudnya : “ Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji kamu, maka berzikirlah akan Allah  sebagaimana kamu menyebut-nyebut leluhur kamu, (yang telah berjasa kepada kamu dan meraih apa yang membanggakan kamu), bahkan berzikirlah kepada Allah  lebih mantap (daripada zikir kamu kepada leluhur kamu itu, karena sesungguhnya apa yang membanggakan itu bersumber dari Allah  jua). (QS. Al-Baqarah: 200).
As-Suyuti mengungkapkan bahwa sebab turun ayat ini adalah riwayat dari Ibnu Jarir yang bersuber dari Mujalis, bahwa dia berkata: “orang-orang disaat itu, apabila selesai melakukan manasik, mereka wuquf untuk menyebut-nyebut bapak-bapak mereka dan jasa-jasa yang pernah dilakukan di zaman jahiliyah. Maka turunlah ayat ini”.
Kehidupan manusia, betapapun mewahnya, tidak akan menyenangkan jika tidak dibarengi dengan ketenteraman hati, sedang ketenteraman hati baru dapat dirasakan bila manusia yakin dan percaya bahwa ada sumber yang tidak terkalahkan yang selalu mendampingi dan memenuhi harapan. Yang berzikir-merenung dan mengingat Allah , selalu akan merasa ramai walau sendirian, kaya walau hampa tangan, dan berani walau tanpa kawan.
 
“ Dia menjadi dermawan, betapa tidak, sedang cintanya kepada Allah  telah mengikis habis cinta kepada materi. Dia pun akan menjadi pemaaf, tidak mendendam, sebab tidak ada lagi tempat bagi ingatannya kecuali Allah . dia tidak cepat marah atau tersinggung walau melihat kemungkaran sekalipun, betapa tidak, bukankah dia memandang dengan nur Ilahi, sehingga dia melihat yang tersirat dibalik yang tersurat? Dia akan menjadi pemberani, karena kematian baginya adalah jalan menuju pertemuan dengan Allah , kekasihnya (Ibnu Sina dalam Shihab).  
Syekh Abdul Halim Mahmud menyatakan bahwa takwa merupakan zikir dan doa yang sangat berharga. Bukankah Allah  berfirman: “ Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah  (dengan melakukan tuntunan-Nya dan meniggalkan larangan-Nya) niscaya Dia akan baginya jalan keluar (dari aneka kesulitan hidup yang dihadapinya) dan memberinya (sebab-sebab perolehan) rezeki (lahir & batin, duniawi & ukhrawi) dari arah yang tidak disangka sebelumnya (QS. Ath-Thalaq: 2-3).
Takwa dapat berasal dari kata waqa-yaqi-wiqayah yang bermakna mawas diri dari faktor internal (yakni potensi negatif dalam diri dan hawa nafsu) dan dapat juga berasal dari kata ittaqa-yattaqi-ittiqaan yang berarti mawas diri dan hati-hati
                      
Imam Ghazali menyebut empat puluh manfaat zikir, dua puluh di dunia dan dua puluh di akhirat, namun Hujjatul Islam  ini menggarisbawahi bahwa kalau sebagian dari yang empat puluh ini dirinci, maka manfaat zikir tidak dapat terbayang oleh benak manusia. Dia kemudian menyebut sepuluh manfaat di dunia yang dapat diraih oleh pezikir, antara lain:
1. Dia akan disebut-sebut atau diingat, dipuji dan dicantai oleh Allah
2. Allah  akan menjadi wakilnya dalam menangani urusannya
3. Allah  akan menjadi “kawan” yang menghiburnya
4. Memiliki harga diri sehingga tidak merasa butuh kepada siapapun selain Allah
5. Memiliki semangat kuat, kaya hati, dan lapang dada
6. Memiliki cahaya kalbu yang menerangi guna meraih pengetahuan dan hikmah
7. Memiliki wibawa yang mengesankan
8. Meraih mawwadah atau kecintaan pihak lain
9. Keberkahan dalam jiwa, ucapan, perbuatan, pakaian, bahkan tempat melangkah dan duduk
10.  Pengabulan doa
Sedangkan dampak dan manfaat zikir di akhirat yang diuraikan Al-Ghazali, antara lain:

1. Kemudahan menghadapi sakarat al-maut
 2. Pemantapan dalam ma’rifat dan iman
3. Penenangan malaikat saat menghadapi kematian, tanpa rasa takut dan sedih
4. Rasa aman menghadapi pertanyaan malaikat di kubur
5. Pelapangan kubur
6. Kemudahan dalam hisab
7. Beratnya timbangan amal
8. Kekekalan di surga
9. Meraih ridha-Nya
10.  Memandang wajah-Nya
Makanya tidak mengherankan jika Rasulullah saw sangat menekankan perintah berzikir ini. Rasul saw bersabda: “ Tutuplah pintumu sambil berzikir menyebut nama Allah , padamkanlah lampumu sambil berzikir menyebut nama Allah, tutuplah periukmu sambil berzikir menyebut nama Allah, rapatkan kendi airmu sambil berzikir menyebut nama Allah”.
Rasulullah saw pun mengajrkan doa  dan pengajaran yang sangat indah dan menarik, yakni doa  yang menyatakan : “ Aku siapkan untuk setiap ketakutan yang kuhadapi di dunia dan di akhirat, kalimat la ilaha illa Allah; untuk setiap kesedihan dan keresahan, Ma Sya’a Allah ; untuk setiap nikmat, al-hamdulillah; untuk setiap kelapangan maupun kesempatan, asy-syukur lillah; untuk setiap keajaiban, subhana Allah ; untuk setiap dosa, astaghfirullah; untuk setiap musibah, inna lillahi wa inna Ilahi raji’un; untuk setiap kesulitan, tawakkaltu ‘ala Allah ; untuk setiap ketaatan dan kedurhakaan, la haula wa la quwwata illa billah; dan untuk setiap gerak dan diam, bismillah”.
Anjuran Rasulullah saw agar manusia senantiasa berzikir dapat dipahami karena fungsi zikir antara lain mengenyahkan setan, membersihkan kalbu/ monitor yang dikeruhkannya. Ibnu Al-Jauzi menggambarkan pertarungan antara manusia dan setan, “ Ketahuilah bahwa hati bagaikan benteng, ada pagar-pagar yang mengelilinginya dan di setiap pagar ada pintu-pintu dan juga ada bagian-bagian pagar yang berlubang. Penghuni benteng adalah akal. Para malaikat berkunjung ke benteng itu. Disamping benteng, ada bungalow tempat nafsu bersemayam. Setan dengan mudah dan tanpa halangan berkunjung ke tempat itu. Terjadi peperangan antara penghuni benteng dan penghuni bungalow. Setan menunggu kesempatan lengahnya penjaga agar dapat menyerang masuk melalui bagian-bagian pagar yang berlubang. Penjaga harus benar-benar awas, tidak boleh lengah, karena musuh tidak lengah. Seandainya iblis lengah, kita dapat beristirahat. Benteng itu dapat menjadi terang benderang dengan zikir. Didalamnya terdapat cermin, yang dapat memonitor segala yang lalu lalang. Langkah pertama setan adalah memperbanyak asap dari bungalow menuju benteng itu, agar benteng dipenuhi kegelapan, sehingga monitor tidak dapat berfungsi dengan baik.

Ketenangan dan bertafakur menciptakan angin yang mengusik asap hitam, dan ketekunan berzikir memperjenih cermin. Musuh terus berupaya; sesekali atau kerap kali ia berhasil masuk ke benteng dan melumpuhkan penjaga, serta memorak-morandakan isi benteng. Angin yang menjernihkan ruangan boleh jadi hanya sepoi-sepoi, tidak berdaya menghilangkan asap, sehingga seluruh benteng menjadi gelap dan cermin menjadi karatan. Penjagapun boleh jadi ditawan karena kelengahannya, bahkan tidak mustahil si penjaga diperalat oleh musuh untuk mencapai tujuannya”. (Shihab: 61).
Al-qur’an menguraikan tentang Nabi Sulaiman as ketika beliau dilengahkan dari berzikir akibat larut saat menonton kegesitan kuda-kudanya. Allah berfirman:
Maksudnya, “ Ketika dipamerkan kepadanya pada (satu) sore hari (antara waktu ashar dan maghrib, sebagian kekayaan yang dianugerahkan Allah  kepadanya, yaitu) kuda0kuda yang (sungguh indah) tenang, (jinak, mempesona ketika berhenti sambil mengangkat salah satu kakinya) dan cepat (lagi) tangkas (sewaktu berlari). Maka dia berkata: ‘sesungguhnya aku menyukai kesenangan terhadap apa yang baik (kuda-kuda itu) sehingga aku lalai berzikir mengingat Tuhanku sampai ia (yakni matahari atau kuda-kua itu) tersembunyi dibalik tabir (yakni hilang dari pandangan). ‘(tetapi sesaat setelah itu, nabi mulia, yang juga seorang raja itu, sadar, lalu beliau memerintahkan para petugas yang memamerkan kuda-kuda itu) : “ kembalikanlah (yakni kuda-kuda itu) kepadaku, lalu dia mengusap kaki dan lehernya (yakni menyembelihnya atau mengusapnya sebagai ungkapan kasih sayang kepadanya).
Demikian terlihat, Nabi muliapun dapat dilengahkan oleh harta benda, walau kelengahan tersebut hanya sesaat. Dan terlihat pula, kesegeraan Nabi Sulaiman as berzikir dari thaif yang dihembuskan setan menunjukkan kedekatannya dengan Allah  swt yang mengantarkan beliau kepada derajat yang tinggi di dunia dan di akhirat.
Melalui surah an-Naml (yang sebagian besarnya mengungkapkan kisah Nabi Sulaiman as), manusia dapat mengambil pelajaran berharga, yakni mengapa surah itu dinamai an-Naml?
Allah  swt menjadikan semut sebagai ilustrasi dan memerintahkan manusia untuk meneladani semut. Kerajaan semut adalah contoh keunggulan budaya dalam dunia serangga. Mereka memiliki semua sebab kemajuan, mulai dari pembangunan gudang-gudang makanan, pengaturan tentara, klasifikasi gerbang masuk dan keluar, sampai dengan penggunaan sistem udara terpusat didalam sarang mereka. Bangsa yang teratur melebihi bangsa serangga lainnya berkat ilmu dan teknologi, sehingga pantas disebut didalam al-Qur’an sebagai teladan dalam hal keunggulan budaya.
Begitu pula kerajaan Nabi Sulaiman as yang menyatukan keimanan dengan kesuksesan duniawi. Institusi beliau dalam bahasa modern dapat kita sebut sebagai perusahaan internasional yang menghimpun pekerja multinasional dan bekerja dalam pelbagai bidang, mulai dari jin, manusia, burung, semut dan binatang buas, sehingga pada akhirnya didapatkan kesimpulan bahwa kontinuitas dalam berzikir-merenungi ayat (tanda yang menunjukkan keagungan Allah  swt)-baik qauniyah (alam semesta) maupun qauliyah (al-Qur’an) akan menghantarkan manusia untuk memiliki integritas dalam totalitasnya baik sisi aktif maupun sisi pasif dalam mengarungi bahtera kehidupan dan penghidupan dengan batas waktu yang telah ditentukan, dengan kakinya berpijak di bumi (yakni melahirkan dan membumikan amal shalih baik dari sisi kuantitas maupun kualitas) dan jiwanya terbang ke angkasa nun jauh disana (yakni mengarahkan segala aktivitasnya demi karena wajah Ilahi).
 Wa Allah  A’lam

  MANFAAT ZIKIR SEUSAI SOLAT

Sebuah aktivitas yang hukumnya sunnah atau tidak wajib dilakukan. Namun bagi mereka yang melakukannya, akan mendapatkan tambahan pahala yang menambah ibadah sholat yang telah dilakukan. Sebagian kalangan, melakukan zikir ini secara berjamaah namun ada pula yang melakukannya secara individu. Dan kedua hal tersebut pada dasarnya sama saja dan tidak perlu dipermasalahkan.
Ada beragam aneka bacaan do’a dalam zikir setelah sholat. Namun, pada dasarnya ada tiga bacaan utama yang hampir selalu dibaca dalam zikir tersebut. Yakni bacaan syahadat, istigfar dan shalawat nabi. Ketiga bacaan tersebut ditambah dengan bacaan tasbih, tahmid dan takbir untuk melengkapi do’a melalui surat Al Fatihah.
Bagi sebagian orang yang memiliki permohonan do’a khusus kepada Allah, dalam zikir setelah sholat tersebut biasanya menyelipkan do’a yang dikhususkan untuk menyampaikan keinginan mereka. Dan bacaan zikir ini biasanya diakhiri dengan bacaan do’a yang dikenal sebagai do’a sapu jagad. Do’a tersebut adalah “Rabbana attina fi dunya khasanah, wa fill akhirothi khasanah, wa qinna adzabannar”.
Manfaat Zikir
Aktivitas zikir setelah sholat ini, tergolong aktivitas sunnah yang berarti tidak diperintahkan namun dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Tentu saja, zikir ini memiliki manfaat yang berguna bagi manusia khususnya umat Islam. Beberapa manfaat zikir setelah sholat ini di antaranya adalah
  1. Melatih kesabaran. Banyak orang setelah sholat langsung bergegas pergi dengan tergesa-gesa. Dengan melakukan zikir setelah sholat, kita diajarkan dan dibiasakan untuk bersabar diri sebelum melakukan aktivitas.
  2. Mendekatkan diri kepada Allah, dengan memuja Allah dan mengakui kesalahan kita melalui bacaan istighfar. Hal ini menjauhkan manusia dari sifat sombong dan takabur, karena selalu menyadari bahwa kita bukan makhluk sempurna yang luput dari kesalahan.
  3. Menyadarkan untuk selalu ingat bahwa hanya pada Allah kita berhak memohon dan minta pertolongan.
  4. Zikir bermanfaat untuk meredakan ketegangan syaraf. Karena dengan aktivitas zikir setelah sholat, kita seakan melakukan relaksasi setelah disibukkan dengan berbagai aktivitas. Zikir membawa kita untuk sejenak berdiam diri, dan menenangkan diri. Hal tersebut bermanfaat untuk menyingkirkan kepenatan dan menghindarkan diri dari ancaman 

C.MANFAAT MEMBACA SOLAWAT-SOLAWAT NABI SAW

1.BISA BERTEMU DENGAN SOSOK BAGINDA NABI MUHAMAD SAW DENGAN MEMBACA SOLAWAT IBROHIMI

Diceritakan oleh Imam Showi Rhm;Imam Bukhori ra menceritakam dalam kitab-kitabnya bahwa Rosulullah Saw bersabda;"Barangsiapa yang membaca solawat ini {Solawat Ibrohim},maka akan aku saksikan kepada orang itu dengan suatu penyaksian yang penuh perhatian dan aku meemberikan syafaat {pertolongan}".

KEISTIMEWAAN;
Sebagian U'lama mengatakan : Barangsiapa membaca solawat ini dengan kontinue/terus menerus {dawam} maka Allo SWT,akan mempertemukan orang itu dengan Baginda nabi besar Muhammad Saw dalam mimpi.

CARA MENBACANYA/kaifiatnya; 
Solawat Ibrohim ini ; dibaca 200 x setiap usai solat wajub/fardu 5 waktu atau 1000 x dalam suatu majlis {berjamaah atau sendiri}.Syarat utamanya IKHLAS.

Inilah  lafazd SOLAWAT IBROHIM ;
"Allahummaa sholli 'alaa Muhammadin wa 'alaa aali Muhammadin kamaa shollaita 'alaa Ibroohiima wa 'alaa aali Ibroohiima wa baarik 'alaa Muhammadin wa 'alaa aali Muhammadin kamaa baarokta 'alaa Ibroohiima wa 'aala aali Ibroohiima fil 'aalamiina innaka hamiidun majiidun ". 

                                                      ===================
2.DICINTAI BANYAK ORANG DAN MENAMBAH KHARISMA/WIBAWA DENGAN MEMBACA SOLAWAT KHOSSOH {1}

Dijelaskan oleh Imam Assya'roni,bahwa Nabi Muhammad Saw bersabda ; "Barangsiapa orang yang mambaca Sholawat {Khossoh} ini,maka sesungguhnya terbuka baginya 70 pintu rahmat dan Allah SWT meletakan sebuah cinta kasih {mahabbah} dihati setiap orang untuknya,dan tidak ada orang yang membencinya kecuali orang-orang yang dihatinya ada kemunafika.".

CARA MEMBACANYA ;
Dibaca 1000 X setelah solat Tahajud .

INILAH LAFAZD SOLAWAT KHOSSOH {1} ;
"Sholallohu 'alaa Muhammad". 
                                                   ========================

3.MENGHILANGKAN RASA GELISAH HATI/GUNDAH DENGAN MEMBACA SOLAWAT KHOSSOH {2}
Dijelaskan oleh Al-Ustazd Abu Bakar Muhammad Jabir dalam Kitab Syuruhud Dalail,ia mengatakan,dari Sahabat Annas Bin Malik Ra.bahwa Rosulullah Saw bersabda ; "Barangsiapa orang yang membaca Solawat ini dengan berdiri maka ia mendapat ampunan Allah sebelum duduk dan apabila ia membaca solawat ini sambil duduk maka ia diampuni dosanya sebelum ia beranjak berdiri ".

CARA MEMBACANYA ;
Sebaiknya saat membacanya sambil punya Wudhu.Baca minimal sebanyak 70 X.  

INILAH LAFAZD SOLAWAT KHOSSOH {2}
" Allohumma sholli 'alaa Muhammadin wa 'alaa aalihii wasallim ". 
                                                   
 

 



Tidak ada komentar:

Ucapan Terimakasih Kami

Atas kunjungan dan komentarnya,doa Kami " Jazakallohu khoiro jaza "